Kamis, 18 September 2014

Misteri sosok yeti mulai menyeruak sejak pendaki Eric Shipton memfoto yeti di kaki gunung Everest. Para ilmuwan telah menguji sampel mahkluk berbentuk yeti di pegunungan Himalaya.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, mengatakan mereka akan mengungkap misteri yeti setelah dilakukan uji coba sampel yang mungkin berasal dari mahkluk serupa.
Hasil uji coba menunjukkan adanya kesamaan genetis dengan beruang salju Norwegia.
Dengan adanya temuan ini, para peneliti mengatakan bahwa mungkin ada subspesies beruang coklat di pegunungan Himalaya dan selama ini dianggap sebagai sosok mahkluk mistis.
Salah seorang peneliti, Profesor Bryan Sykes, mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sampel DNA dari bulu dua binatang yang ditemukan di Bhutan serta dari Ladakh, Himalaya Barat.
Profesor Sykes juga mengatakan DNA yang diteliti 100% identik dengan sampel beruang purbakala dari wilayah Svalbard Norwegia, yang diduga hidup 40.000 tahun lalu bahkan 120.000 tahun lalu. Ini adalah masa saat beruang kutub dan beruang coklat tengah terpisah sebagai spesies berbeda.
Sykes menyimpulkan sosok yang ditemukan tersebut kemungkinan adalah campuran antara dua spesies beruang itu.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah di mitos yeti ini, sebenarnya adalah binatang? Saya rasa beruang ini belum pernah ditemui orang yang mungkin masih hidup dan ada persamaan dengan beruang salju.” Dikatakan Sykes. “Binatang ini mungkin percampuran dan mengenai gerakan hewan ini yang berbeda dengan beruang biasa (seperti yang dilaporkan para saksi mata) saya rasa dari sinilah sumber misteri berasal dan menjadi sumber legenda (yeti),” ditambahkan profesor Sykes, peneliti genetika manusia tersebut.
Foto jejak yeti atau disebut Kaki Besar, diambil oleh seorang pendaki Inggris Eric Shipton di kaki Everest pada tahun 1951. Kemudian, pendaki legendaris Reinhold Messner, yang menjadi pendaki pertama Everest tanpa oksigen, telah mempelajari yeti sejak ia melihat makhluk misterius tersebut di Tibet tahun 1986. Temuan Messner tersebut mendukung teori profesor Sykes.
Ia menemukan sebuah gambar di manuskrip Tibet yang berusia sekitar 300 tahun yang menyebutkan bahwa “chemo” atau sebutan lokal untuk yeti, dengan keterangan, “Yeti adalah beruang yang hidup di pegunungan.”
Profesor Sykes juga menambahkan, “Mereka yang tertarik dengan si kaki besar ini merasa mereka disangkal melalui sains. Karena sains tidak menerima atau menyangkal apapun, cara kerja sains adalah memeriksa bukti yang ada dan itulah yang saya lakukan.”
- See more at: http://kabaraku.com/info-misteri-manusia-salju-peneliti-mengungkap-misteri-yeti-manusia-salju/#sthash.Q6CHVecf.dpufVoynich Manuscript
Voynich Manuscript Misteri Dunia
Voynich Manuscript dideskripsikan sebagai "manuscript paling misterius di dunia", dinamakan dari agen buku Wilfrid Voynich yang membeli manuscript ini pada tahun 1912. Didonasikan ke Yale University's Beinecke Rare Book and Manuscript Library pada tahun 1969, dimana disana disebut dengan "Cipher Manuscript."
Merupakan buku dengan 240 halaman yang ditulis dalam bahasa yang tidak dikenal. Kebanyakan halamannya berisikan atas ilustrasi bewarna dan diagram, kejadian dan tumbuhan yang tidak jelas. Berdasarkan ilustrasi gambar yang ada, didapatkan bahwa dokumen ini berisikan mengenai Herbal, Astronomi, Biologi, Cosmological, Pharamceutical dan resep-resep.
Hasil akhir yang didapatkan mengatakan bahwa manuscript ini adalah sesuatu yang palsu dan tidak berarti, karena upaya dan biaya yang dikeluarkan untuk manuscript ini tidaklah kecil dan itu juga tidak membuahkan hasil. Walaupun begitu beberapa orang masih mempercayai, bagaimana jika manuscript ini berhasil diartikan? Apakah ia akan memberikan pengetahuan baru bagi manusia?
Misteri sosok yeti mulai menyeruak sejak pendaki Eric Shipton memfoto yeti di kaki gunung Everest. Para ilmuwan telah menguji sampel mahkluk berbentuk yeti di pegunungan Himalaya.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, mengatakan mereka akan mengungkap misteri yeti setelah dilakukan uji coba sampel yang mungkin berasal dari mahkluk serupa.
Hasil uji coba menunjukkan adanya kesamaan genetis dengan beruang salju Norwegia.
Dengan adanya temuan ini, para peneliti mengatakan bahwa mungkin ada subspesies beruang coklat di pegunungan Himalaya dan selama ini dianggap sebagai sosok mahkluk mistis.
Salah seorang peneliti, Profesor Bryan Sykes, mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sampel DNA dari bulu dua binatang yang ditemukan di Bhutan serta dari Ladakh, Himalaya Barat.
Profesor Sykes juga mengatakan DNA yang diteliti 100% identik dengan sampel beruang purbakala dari wilayah Svalbard Norwegia, yang diduga hidup 40.000 tahun lalu bahkan 120.000 tahun lalu. Ini adalah masa saat beruang kutub dan beruang coklat tengah terpisah sebagai spesies berbeda.
Sykes menyimpulkan sosok yang ditemukan tersebut kemungkinan adalah campuran antara dua spesies beruang itu.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah di mitos yeti ini, sebenarnya adalah binatang? Saya rasa beruang ini belum pernah ditemui orang yang mungkin masih hidup dan ada persamaan dengan beruang salju.” Dikatakan Sykes. “Binatang ini mungkin percampuran dan mengenai gerakan hewan ini yang berbeda dengan beruang biasa (seperti yang dilaporkan para saksi mata) saya rasa dari sinilah sumber misteri berasal dan menjadi sumber legenda (yeti),” ditambahkan profesor Sykes, peneliti genetika manusia tersebut.
Foto jejak yeti atau disebut Kaki Besar, diambil oleh seorang pendaki Inggris Eric Shipton di kaki Everest pada tahun 1951. Kemudian, pendaki legendaris Reinhold Messner, yang menjadi pendaki pertama Everest tanpa oksigen, telah mempelajari yeti sejak ia melihat makhluk misterius tersebut di Tibet tahun 1986. Temuan Messner tersebut mendukung teori profesor Sykes.
Ia menemukan sebuah gambar di manuskrip Tibet yang berusia sekitar 300 tahun yang menyebutkan bahwa “chemo” atau sebutan lokal untuk yeti, dengan keterangan, “Yeti adalah beruang yang hidup di pegunungan.”
Profesor Sykes juga menambahkan, “Mereka yang tertarik dengan si kaki besar ini merasa mereka disangkal melalui sains. Karena sains tidak menerima atau menyangkal apapun, cara kerja sains adalah memeriksa bukti yang ada dan itulah yang saya lakukan.”
- See more at: http://kabaraku.com/info-misteri-manusia-salju-peneliti-mengungkap-misteri-yeti-manusia-salju/#sthash.Q6CHVecf.dpuf
Misteri sosok yeti mulai menyeruak sejak pendaki Eric Shipton memfoto yeti di kaki gunung Everest. Para ilmuwan telah menguji sampel mahkluk berbentuk yeti di pegunungan Himalaya.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, mengatakan mereka akan mengungkap misteri yeti setelah dilakukan uji coba sampel yang mungkin berasal dari mahkluk serupa.
Hasil uji coba menunjukkan adanya kesamaan genetis dengan beruang salju Norwegia.
Dengan adanya temuan ini, para peneliti mengatakan bahwa mungkin ada subspesies beruang coklat di pegunungan Himalaya dan selama ini dianggap sebagai sosok mahkluk mistis.
Salah seorang peneliti, Profesor Bryan Sykes, mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sampel DNA dari bulu dua binatang yang ditemukan di Bhutan serta dari Ladakh, Himalaya Barat.
Profesor Sykes juga mengatakan DNA yang diteliti 100% identik dengan sampel beruang purbakala dari wilayah Svalbard Norwegia, yang diduga hidup 40.000 tahun lalu bahkan 120.000 tahun lalu. Ini adalah masa saat beruang kutub dan beruang coklat tengah terpisah sebagai spesies berbeda.
Sykes menyimpulkan sosok yang ditemukan tersebut kemungkinan adalah campuran antara dua spesies beruang itu.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah di mitos yeti ini, sebenarnya adalah binatang? Saya rasa beruang ini belum pernah ditemui orang yang mungkin masih hidup dan ada persamaan dengan beruang salju.” Dikatakan Sykes. “Binatang ini mungkin percampuran dan mengenai gerakan hewan ini yang berbeda dengan beruang biasa (seperti yang dilaporkan para saksi mata) saya rasa dari sinilah sumber misteri berasal dan menjadi sumber legenda (yeti),” ditambahkan profesor Sykes, peneliti genetika manusia tersebut.
Foto jejak yeti atau disebut Kaki Besar, diambil oleh seorang pendaki Inggris Eric Shipton di kaki Everest pada tahun 1951. Kemudian, pendaki legendaris Reinhold Messner, yang menjadi pendaki pertama Everest tanpa oksigen, telah mempelajari yeti sejak ia melihat makhluk misterius tersebut di Tibet tahun 1986. Temuan Messner tersebut mendukung teori profesor Sykes.
Ia menemukan sebuah gambar di manuskrip Tibet yang berusia sekitar 300 tahun yang menyebutkan bahwa “chemo” atau sebutan lokal untuk yeti, dengan keterangan, “Yeti adalah beruang yang hidup di pegunungan.”
Profesor Sykes juga menambahkan, “Mereka yang tertarik dengan si kaki besar ini merasa mereka disangkal melalui sains. Karena sains tidak menerima atau menyangkal apapun, cara kerja sains adalah memeriksa bukti yang ada dan itulah yang saya lakukan.”
- See more at: http://kabaraku.com/info-misteri-manusia-salju-peneliti-mengungkap-misteri-yeti-manusia-salju/#sthash.Q6CHVecf.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar