Misteri Kegelapan Pada Saat kematian Yesus
Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Mat 27:45
Απο δέ έκτης ώρας σκοτος έγένετο έπί πασαν τήν γήν έως ώρασ ένάτης
Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Markus 15:33
Καί γενομένης ώρασ έκτης σκοτος έγένετο έφ όλην τήν γήν έως ώρασ ένάτης
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lukas 23:45-46
Καί ήν ήδη ώσεί ώρα έκτη καί σκότος έγένετο έφ όλην τήν γήν έως ώρας ένατης τού ήλίου έκλίποντος έσχίσθη δε τό καταπέτασμα τού ναού μέσον
Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjelma (inkarnasi) menjadi manusia untuk menyatakan maksud Bapa di dalam dunia yaitu manusia dapat mengenal Allah. Dan pemenuhan maksud Bapa diwujudkan melalui penebusan dosa manusia, dengan mengorbankan diriNya diatas kayu salib.
Selama proses penyaliban Yesus, ada begitu banyak peristiwa-peristiwa maha dahsyat yang terjadi, dan salah satu peristiwa tersebut adalah satu tanda besar yang dinyatakan dari langit yaitu terjadinya kegelapan selama 3 jam yang menudungi daerah itu.
Ini adalah sebuah peristiwa yang menjadi tanda bahwa Yesus yang disalibkan itu bukanlah orang biasa,
ketika menghubungkan peristiwa kegelapan ini dengan peristiwa dimana Orang-orang Yahudi meminta tanda dari Yesus tentang kuasa yang dinyatakan-Nya (Mat. 21:23 Tanda ajaib (kegelapan) itu bukanlah tanda yang menggirangkan, memuaskan, memberikan pengharapan baru kepada mereka melainkan satu tanda ajaib yang mengagetkan mereka,
kemudian pada waktu penyaliban bukanlah kegelapan biasa, bukan pula awan tebal, juga buka gerhana matahari karena gerhana matahari tidak mengakibatkan kegelapan sampai tiga jamnya, lagipula hari paskah orang Yahudi adalah persis pada waktu bulan purnama, dan gerhana matahari tidak terjadi pada waktu bulan purnama.
Ini adalah kegelapan yang luar biasa, itu terjadi mulai jam dua belas siang, waktu matahari bersinar paling terik, waktu itulah terjadi kegelapan yang paling gelap.
Namun sebuah persoalan muncul dari peristiwa tersebut, beberapa orang menyatakan bahwa itu bukan sebuah peristiwa yang nyata, artinya kegelapan itu tidak benar-benar terjadi karena menurut mereka penulis Alkitab (Matius, Markus dan Lukas) memakai sebuah kalimat kiasan bahwa yang dimaksudkan dengan kegelapan sebenarnya adalah “kejahatan” yang menguasai daerah itu dan bukan kegelapan karena tidak ada cahaya.
Hal ini didasari oleh penafsiran terhadap penggunaan kata “σκότος” (Skotos) pada teks ini yang menunjuk kepada keadaan yang penuh kejahatan, dan juga penggunaannya di keseluruhan Alkitab sebanyak 31 kali yang selalu menunjuk kepada keadaan orang yang digelapkan dosa yang tidak percaya kepada Tuhan.[2]
“Di dalam keempat ayat tersebut di atas, Matius, Lukas dan Yohanes tidak menggunakan kata Yunani SKOTIA untuk menyatakan menyatakan situasi atau kondisi GELAP karena tidak ada cahaya. Kata SKOTOS sama sekali tidak pernah digunakan untuk menyatakan kondisi GELAP karena tidak ada cahaya. kata SKOTOS artinya kejahatan; kegelapan yang penuh kejahatan.”[3]
Jadi mereka menolak pernyataan bahwa hal tersebut (kegelapan) itu benar-benar terjadi, dan menurut mereka itu adalah pembodohan public yang berlangsung dari generesi ke generasi, untuk hal tersebut melalui notes ini, penulis mencoba menggali apakah kegelapan yang terjadi pada waktu kematian Yesus hanyalah sebuah symbol ataukah memang benar terjadi.
Yang pertama kita akan mencoba menyelidiki kata kegelapan di dalam keseluruhan Alkitab…
Kata kegelapan merupakan sebuah kata yang bersifat evokatif, dimana terang selalu diidentikkan dengan TUHAN, dan kegelapan (gelap) menyimbolkan lawan dari TUHAN, Alkitab seringkali memakai istilah kegelapan untuk menunjuk kepada kebodohan (Pengkh. 2:13) , penghukuman (Kel.10:21; Mat.25:30) dan kematian (Maz.88:13)
Wilkins, Michael J. “The Death of Jesus Messiah (27:45 - 50)” In NIV Application Commentary, New Testament: Matthew. By Michael J. Wilkins, 901. Grand Rapids: Zondervan, © 2004.
Ini berarti bahwa ketika Alkitab memakai kata kegelapan maka itu SERINGKALI menunjuk kepada suatu keadaan dimana manusia terlepas dari TUHAN, menuju kebodohan dan kematian yang ditandai dengan sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi dimana tidak adanya sinar matahari yang menyinari (tertutupnya matahari), seperti dalam keadaan waktu TUHAN menghukum bangsa Mesir dengan tulah kesembilan yaitu gelap gulita.
Meski begitu, terhadap pertanyaan: Apakah kegelapan itu benar-benar terjadi, mayoritas menjawab tidak bisa dipastikan. Namun ada juga yang menyatakan benar-benar terjadi, dengan catatan bahwa kegelapan itu hanya meliputi daerah Galilea saja, bukan seluruh bumi (earth).
Darkness shrouds the whole land for the next three hours, from the sixth to the ninth hour (noon until 3:00 P.M.). The darkness occurring at such a critical moment can signify a number of things. 18 (1) Darkness was associated in antiquity with mourning (Jer. 4:27 – 28; 2 Apoc. Bar. 10:12). This is how it is interpreted in the Pseudo-Clementine Recognitions 1:41: “While he was suffering, all the world suffered with him, for the sun was darkened.” That is, the darkness can mean that Jesus’ death brought the sun to lamentation. (2) Darkness was also associated with the death of great men. Both Gentile and Jewish readers could understand darkness as a cosmic sign that accompanied the death of a king. 19 (3) In addition, darkness was a sign of God’s judgment (see Ex. 10:21 – 23; Isa. 13:9 – 13; Jer. 13:16; 15:19; Joel 2:10; 3:14 – 15; Amos 5:18, 20). Amos declares in Amos 8:9 – 10:
“In that day,” declares the Sovereign LORD,
“I will make the sun go down at noon
and darken the earth in broad daylight.
I will turn your religious feasts into mourning
and all your singing into weeping.
I will make all of you wear sackcloth
and shave your heads.
I will make that time like mourning for an only son
and the end of it like a bitter day.”
(4) Jesus said that darkness would announce the great day of the Lord (Mark 13:24). The darkness that settles on the land may thus signify that the day has dawned with a new beginning (Gen. 1:2, Job 38:17; Ps. 74:12 – 20). 20 (5) Note that darkness does not indicate God’s absence. The Scriptures reveal that God works even in the darkness. He chose to dwell in thick darkness (1 Kings 8:12; 2 Chron. 6:1) and gave the law in darkness: “Moses approached the thick darkness where God was” (Ex. 20:21). God descended for battle in darkness (2 Sam. 22:10; Ps. 18:9 – 11).
All these images may form the backdrop for understanding Jesus’ crucifixion in darkness. The Pharisees earlier demanded a sign from heaven, and Jesus refused by saying (lit.), “If a sign be given this generation” (8:12). This curse formula was left uncompleted. Normally, it would be finished with something like, “May God strike me dead.” Belatedly, the leaders do receive a sign from heaven, but it is not the kind they want or that they can read.
Tafsiran dari: Hagner, Donald A., Word Biblical Commentary, Volume 33b: Matthew 14-28, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998.
Bahkan Lukas mencatat dengan begitu jelas bahwa peristiwa kegelapan ini, merupakan sesuatu hal yang memang benar-benar terjadi, sebagai suatu perlambang bahwa Mataharipun menjadi malu untuk bersinar melihat Anak Allah yang benar di buat menjadi berdosa oleh dosa-dosa manusia, memang ada beberapa penafsiran bahwa kalimat matahri tidak bersinar ini menunjuk kepada hujan debu yang begitu dahsyat sehingga menutup cahaya matahari (see Driver, JTS 16 [1965] 331–35), tetapi ini adalah suatu peristiwa yang cukup langka terjadi, tetapi kalau memangpun itu harus terjadi, kenapa terjadi pada saat kematian Yesus di kayu salib, apakah ini sebuah kebetulan atau karya Allah…!!!
Dari semua ini, dapat disimpulkan bahwa kegelapan yang terjadi pada saat kematian TUHAN Yesus adalah sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi selama 3 jam yang meliputi daerah di Galilea, sebagai tanda dari ALLAH BAPA (Amos 8:9), tidak perduli itu karena sebuah hujan debu yang dahsyat yang menghalangi sinar matahri, namun yang pasti ini diakibatkan karena dosa manusia yang begitu banyak telah dilimpahkan kepada satu pribadi yaitu YESUS KRISTUS
The darkness seems to have pictured God’s wrath not just directed at those who had rejected his Son but also at the sin which Jesus was bearing at that moment for us, as our sin-offering. Why else would Jesus have cried aloud, in the words of Ps 22, that God had deserted him? (34). We cannot conceive what this separation meant to one who from before all eternity had known no separation from his loving Father; yet it shows, as nothing else, how terrible is sin. Jesus’ cry came from his heart and Mark translates the Aramaic as usual. Half-understanding, or deliberately misunderstanding, the bystanders saw it as a call to Elijah, who according to Jewish legend would return to save Jews in great danger.
Tafsiran dari: Carson, D.A.; et al., The New Bible Commentary, (Downers Grove, Illinois: Inter-Varsity Press) 1994
Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Mat 27:45
Απο δέ έκτης ώρας σκοτος έγένετο έπί πασαν τήν γήν έως ώρασ ένάτης
Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Markus 15:33
Καί γενομένης ώρασ έκτης σκοτος έγένετο έφ όλην τήν γήν έως ώρασ ένάτης
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lukas 23:45-46
Καί ήν ήδη ώσεί ώρα έκτη καί σκότος έγένετο έφ όλην τήν γήν έως ώρας ένατης τού ήλίου έκλίποντος έσχίσθη δε τό καταπέτασμα τού ναού μέσον
Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjelma (inkarnasi) menjadi manusia untuk menyatakan maksud Bapa di dalam dunia yaitu manusia dapat mengenal Allah. Dan pemenuhan maksud Bapa diwujudkan melalui penebusan dosa manusia, dengan mengorbankan diriNya diatas kayu salib.
Selama proses penyaliban Yesus, ada begitu banyak peristiwa-peristiwa maha dahsyat yang terjadi, dan salah satu peristiwa tersebut adalah satu tanda besar yang dinyatakan dari langit yaitu terjadinya kegelapan selama 3 jam yang menudungi daerah itu.
Ini adalah sebuah peristiwa yang menjadi tanda bahwa Yesus yang disalibkan itu bukanlah orang biasa,
ketika menghubungkan peristiwa kegelapan ini dengan peristiwa dimana Orang-orang Yahudi meminta tanda dari Yesus tentang kuasa yang dinyatakan-Nya (Mat. 21:23 Tanda ajaib (kegelapan) itu bukanlah tanda yang menggirangkan, memuaskan, memberikan pengharapan baru kepada mereka melainkan satu tanda ajaib yang mengagetkan mereka,
kemudian pada waktu penyaliban bukanlah kegelapan biasa, bukan pula awan tebal, juga buka gerhana matahari karena gerhana matahari tidak mengakibatkan kegelapan sampai tiga jamnya, lagipula hari paskah orang Yahudi adalah persis pada waktu bulan purnama, dan gerhana matahari tidak terjadi pada waktu bulan purnama.
Ini adalah kegelapan yang luar biasa, itu terjadi mulai jam dua belas siang, waktu matahari bersinar paling terik, waktu itulah terjadi kegelapan yang paling gelap.
Namun sebuah persoalan muncul dari peristiwa tersebut, beberapa orang menyatakan bahwa itu bukan sebuah peristiwa yang nyata, artinya kegelapan itu tidak benar-benar terjadi karena menurut mereka penulis Alkitab (Matius, Markus dan Lukas) memakai sebuah kalimat kiasan bahwa yang dimaksudkan dengan kegelapan sebenarnya adalah “kejahatan” yang menguasai daerah itu dan bukan kegelapan karena tidak ada cahaya.
Hal ini didasari oleh penafsiran terhadap penggunaan kata “σκότος” (Skotos) pada teks ini yang menunjuk kepada keadaan yang penuh kejahatan, dan juga penggunaannya di keseluruhan Alkitab sebanyak 31 kali yang selalu menunjuk kepada keadaan orang yang digelapkan dosa yang tidak percaya kepada Tuhan.[2]
“Di dalam keempat ayat tersebut di atas, Matius, Lukas dan Yohanes tidak menggunakan kata Yunani SKOTIA untuk menyatakan menyatakan situasi atau kondisi GELAP karena tidak ada cahaya. Kata SKOTOS sama sekali tidak pernah digunakan untuk menyatakan kondisi GELAP karena tidak ada cahaya. kata SKOTOS artinya kejahatan; kegelapan yang penuh kejahatan.”[3]
Jadi mereka menolak pernyataan bahwa hal tersebut (kegelapan) itu benar-benar terjadi, dan menurut mereka itu adalah pembodohan public yang berlangsung dari generesi ke generasi, untuk hal tersebut melalui notes ini, penulis mencoba menggali apakah kegelapan yang terjadi pada waktu kematian Yesus hanyalah sebuah symbol ataukah memang benar terjadi.
Yang pertama kita akan mencoba menyelidiki kata kegelapan di dalam keseluruhan Alkitab…
Kata kegelapan merupakan sebuah kata yang bersifat evokatif, dimana terang selalu diidentikkan dengan TUHAN, dan kegelapan (gelap) menyimbolkan lawan dari TUHAN, Alkitab seringkali memakai istilah kegelapan untuk menunjuk kepada kebodohan (Pengkh. 2:13) , penghukuman (Kel.10:21; Mat.25:30) dan kematian (Maz.88:13)
Wilkins, Michael J. “The Death of Jesus Messiah (27:45 - 50)” In NIV Application Commentary, New Testament: Matthew. By Michael J. Wilkins, 901. Grand Rapids: Zondervan, © 2004.
Ini berarti bahwa ketika Alkitab memakai kata kegelapan maka itu SERINGKALI menunjuk kepada suatu keadaan dimana manusia terlepas dari TUHAN, menuju kebodohan dan kematian yang ditandai dengan sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi dimana tidak adanya sinar matahari yang menyinari (tertutupnya matahari), seperti dalam keadaan waktu TUHAN menghukum bangsa Mesir dengan tulah kesembilan yaitu gelap gulita.
Meski begitu, terhadap pertanyaan: Apakah kegelapan itu benar-benar terjadi, mayoritas menjawab tidak bisa dipastikan. Namun ada juga yang menyatakan benar-benar terjadi, dengan catatan bahwa kegelapan itu hanya meliputi daerah Galilea saja, bukan seluruh bumi (earth).
Darkness shrouds the whole land for the next three hours, from the sixth to the ninth hour (noon until 3:00 P.M.). The darkness occurring at such a critical moment can signify a number of things. 18 (1) Darkness was associated in antiquity with mourning (Jer. 4:27 – 28; 2 Apoc. Bar. 10:12). This is how it is interpreted in the Pseudo-Clementine Recognitions 1:41: “While he was suffering, all the world suffered with him, for the sun was darkened.” That is, the darkness can mean that Jesus’ death brought the sun to lamentation. (2) Darkness was also associated with the death of great men. Both Gentile and Jewish readers could understand darkness as a cosmic sign that accompanied the death of a king. 19 (3) In addition, darkness was a sign of God’s judgment (see Ex. 10:21 – 23; Isa. 13:9 – 13; Jer. 13:16; 15:19; Joel 2:10; 3:14 – 15; Amos 5:18, 20). Amos declares in Amos 8:9 – 10:
“In that day,” declares the Sovereign LORD,
“I will make the sun go down at noon
and darken the earth in broad daylight.
I will turn your religious feasts into mourning
and all your singing into weeping.
I will make all of you wear sackcloth
and shave your heads.
I will make that time like mourning for an only son
and the end of it like a bitter day.”
(4) Jesus said that darkness would announce the great day of the Lord (Mark 13:24). The darkness that settles on the land may thus signify that the day has dawned with a new beginning (Gen. 1:2, Job 38:17; Ps. 74:12 – 20). 20 (5) Note that darkness does not indicate God’s absence. The Scriptures reveal that God works even in the darkness. He chose to dwell in thick darkness (1 Kings 8:12; 2 Chron. 6:1) and gave the law in darkness: “Moses approached the thick darkness where God was” (Ex. 20:21). God descended for battle in darkness (2 Sam. 22:10; Ps. 18:9 – 11).
All these images may form the backdrop for understanding Jesus’ crucifixion in darkness. The Pharisees earlier demanded a sign from heaven, and Jesus refused by saying (lit.), “If a sign be given this generation” (8:12). This curse formula was left uncompleted. Normally, it would be finished with something like, “May God strike me dead.” Belatedly, the leaders do receive a sign from heaven, but it is not the kind they want or that they can read.
Tafsiran dari: Hagner, Donald A., Word Biblical Commentary, Volume 33b: Matthew 14-28, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998.
Bahkan Lukas mencatat dengan begitu jelas bahwa peristiwa kegelapan ini, merupakan sesuatu hal yang memang benar-benar terjadi, sebagai suatu perlambang bahwa Mataharipun menjadi malu untuk bersinar melihat Anak Allah yang benar di buat menjadi berdosa oleh dosa-dosa manusia, memang ada beberapa penafsiran bahwa kalimat matahri tidak bersinar ini menunjuk kepada hujan debu yang begitu dahsyat sehingga menutup cahaya matahari (see Driver, JTS 16 [1965] 331–35), tetapi ini adalah suatu peristiwa yang cukup langka terjadi, tetapi kalau memangpun itu harus terjadi, kenapa terjadi pada saat kematian Yesus di kayu salib, apakah ini sebuah kebetulan atau karya Allah…!!!
Dari semua ini, dapat disimpulkan bahwa kegelapan yang terjadi pada saat kematian TUHAN Yesus adalah sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi selama 3 jam yang meliputi daerah di Galilea, sebagai tanda dari ALLAH BAPA (Amos 8:9), tidak perduli itu karena sebuah hujan debu yang dahsyat yang menghalangi sinar matahri, namun yang pasti ini diakibatkan karena dosa manusia yang begitu banyak telah dilimpahkan kepada satu pribadi yaitu YESUS KRISTUS
The darkness seems to have pictured God’s wrath not just directed at those who had rejected his Son but also at the sin which Jesus was bearing at that moment for us, as our sin-offering. Why else would Jesus have cried aloud, in the words of Ps 22, that God had deserted him? (34). We cannot conceive what this separation meant to one who from before all eternity had known no separation from his loving Father; yet it shows, as nothing else, how terrible is sin. Jesus’ cry came from his heart and Mark translates the Aramaic as usual. Half-understanding, or deliberately misunderstanding, the bystanders saw it as a call to Elijah, who according to Jewish legend would return to save Jews in great danger.
Tafsiran dari: Carson, D.A.; et al., The New Bible Commentary, (Downers Grove, Illinois: Inter-Varsity Press) 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar