Namun, tak ada maria di sisi bulan yang jauh. Permukaan sisi bulan yang tak terlihat dari bumi itu hanya dipenuhi bopeng, tanpa ada dataran halus. Misteri yang dijuluki Lunar Farside Highlands Problem itu baru diketahui pada 1959. Kala itu Luna 3, pesawat antariksa Soviet, mengirimkan gambar pertama sisi "gelap" bulan. Disebut bagian gelap lantaran misterius, bukan karena tidak pernah terkena sinar matahari.
Kini para peneliti di Pennsylvania State University, Amerika Serikat, menyadari bahwa di bagian bulan yang tak pernah terlihat dari bumi itu memiliki sedikit maria. "Saya ingat pertama kali melihat bulan ketika masih kanak-kanak. Saya tertegun oleh betapa bedanya sisi bulan yang gelap," kata Jason Wright, seorang asisten profesor astrofisika di Pennsylvania State University.
Foto-foto yang dikirimkan wahana antariksa mengungkap bahwa bagian gelap bulan hanya berisi gunung dan kawah. "Dimana maria (laut)? Ternyata itu menjadi misteri sejak 1950-an." imbuhnya, seperti dikutip Sciencedaily, Rabu, 11 Juni 2014.
Wright bersama profesor astrofisika Steinn Sigurdsson dan Arpita Roy, mahasiswa pascasarjana di bidang astronomi dan astrofisika, menyadari absennya maria disebabkan oleh perbedaan ketebalan kerak antara sisi bulan yang kita lihat dan sisi tersembunyi. Ini merupakan konsekuensi dari proses awal pembentukan bulan.
Konsensus umum tentang asal-muasal bulan adalah bahwa satelit bumi itu terbentuk tak lama setelah bumi. Bulan merupakan hasil tumbukan sebuah objek seukuran Mars yang menyerempet bumi. Kendati tabrakan berlangsung sekilas, tetapi dampaknya menghancurkan.
Benturan yang dahsyat itu, disebut Hipotesis Giant Impact, bermuara pada terlemparnya lapisan luar bumi dan objek seukuran Mars itu ke ruang angkasa. Inilah yang akhirnya membentuk bulan.
"Tak lama setelah tabrakan itu, bumi dan bulan menjadi sangat panas," kata Sigurdsson. Bumi dan objek yang menabrak tidak hanya mencair. Sebagian dari mereka menguap, menciptakan cakram batuan, magma, dan uap yang menyelimuti bumi.
Jarak bumi dan bulan ketika itu 10-20 kali lebih dekat daripada sekarang. Bulan, yang jauh lebih kecil dari bumi, mendingin lebih cepat. Keduanya sejak itu terkunci oleh gravitasi masing-masing.
Suhu bumi yang masih panas, lebih dari 2.500 derajat Celsius, terpancar ke arah sisi dekat bulan. Sementara sisi dekat bulan masih meleleh, sisi yang jauh mendingin perlahan-lahan. Kondisi ini menciptakan gradien atau perbedaan suhu antara kedua bagian bulan.
Gradien ini penting untuk pembentukan kerak di bulan. Kerak bulan mengandung aluminium dan kalsium dalam konsentrasi tinggi. Kedua unsur itu sangat sulit untuk menguap. "Ketika bulan mendingin, elemen pertama yang keluar adalah aluminium dan kalsium," kata Sigurdsson. Temuan ini dimuat dalam laporan di jurnal Astrophysical Journal Letters pada 9 Juni 2014.
Aluminium dan kalsium muncul dan mengisi atmosfer bulan pada sisi yang dingin karena sisi yang menghadap bumi masih terlalu panas. Ribuan sampai jutaan tahun kemudian, unsur-unsur itu bercampur dengan silikat dalam mantel bulan dan membentuk plagioclase feldspars, yang akhirnya pindah ke permukaan dan membentuk kerak bulan. "Kerak bulan pada sisi jauh mengandung lebih banyak mineral ini dan lebih tebal," ujar Roy.
Bulan kini sepenuhnya dingin dan tidak cair di bawah permukaannya. Dalam sejarah sebelumnya, sejumlah meteoroid besar menghantam sisi dekat bulan dan menghancurkan keraknya, melepaskan danau-danau lava basaltik besar yang membentuk maria yang menyusun "wajah pria di Bulan".
Berbeda ketika meteoroid menubruk sisi jauh bulan. Kerak pada bagian ini terlalu tebal dan tidak mengandung basalt magmatik yang menggenang, sehingga menciptakan sisi gelap bulan dengan lembah, kawah, dan dataran tinggi. "Namun hampir tidak ada maria," ucap Wright.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar