Sindonews.com – Pemerintah
Malaysia menyatakan pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 jatuh di
Samudera Hindia selatan. Dari 239 orang di dalam pesawat, menurut
mereka, tidak ada satu pun yang selamat.
Namun, keganjilan
langsung muncul, karena klaim Pemerintah Malaysia tidak disertai
pembeberan bukti yang meyakinkan. Mereka hanya menyebut, asumsi kuat
pesawat MH370 jatuh di Samudera Hindia berdasarkan pelacakan satelit
Inmarsat, Inggris. Satelit itu hanya menujuk lokasi terakhir pesawat,
dan tidak menangkap objek atau puing pesawat.
Pilot terkemuka,
Kapten Bill Palmer yang pernah menguak misteri kecelakaan pesawat Air
France 447, memiliki analisis tersendiri.
Menurutnya, dua
dugaan patut dicurigai, yakni pesawat terbakar, dan pesawat meluncur
sendiri atau “pesawat hantu” menuju Samudera Hindia, setelah pilot dan
semua penumpang keluar dari pesawat MH370.
Pallmer menepis, dugaan terorisme dalam insiden pesawat MH370.
”Tidak ada bukti sama sekali untuk dugaan aksi terorisme,” katanya.
”Semua informasi yang telah diungkapkan kepada publik sejauh ini,
cenderung pada konsistensi adanya dugaan pesawat mengalami kegagalan
mekanis.”
Lebih lengkap, Pallmer memaparkan analisisnya itu dalam sebuah wawancara dengan media Jerman, Spiegel, yang dilansir Selasa (25/3/2014). Berikut pemaparan Pallmer terhadap misteri pesawat MH370.
Kopilot
berkata; “All right, good night” kepada petugas lalu lintas udara,
hanya dua menit, kemudian transponder dimatikan. Adakah indikasi niat
jahat seseorang di kokpit
Belum tentu. Mungkin ada api (dari) listrik yang keluar dari transponder, radio dan peralatan lainnya.
Tidak ada indikasi sama sekali, dalam dua menit sebelum itu
Mungkin masalahnya sedang berlangsung, tetapi pilot tidak menyadari
akan hal itu. Hal itu bisa terjadi dengan cepat. Bisa ada hubungan arus
pendek utama dalam sistem (pesawat). Sebuah kebakaran di peralatan
elektronik, tepatnya di bawah kokpit yang membuat radio (alat
komunikasi) mati. Tentu saja, kita tidak tahu apa yang memicu api.
Sebuah bom? Sambungan kabel jelek?
(Fakta) mereka mengubah rute, dan tidak menyatakan keadaan darurat, bagaimana?
Dalam keadaan darurat , pilot akan mencoba untuk terbang, menavigasi
dan berkomunikasi. Urutan persis seperti itu. Mereka mungkin direpotkan
dengan munculnya api, di saat berupaya untuk berkomunikasi. Hanya 40
menit penerbangan, mereka mungkin memutuskan untuk kembali ke Kuala
Lumpur, sesuatu yang masuk akal.
Tapi, mereka mengubah rute dua kali, sampai akhirnya ke arab barat laut?
Analisis itu konsisten dengan upaya untuk mendaratkan pesawat di
bandara pengalihan di Pulau Lankawi, yang memiliki landasan pacu yang
sangat panjang dan tidak ada medan di jalan. Ini tentu saja menjadi
tindakan masuk akal, terutama pada malam hari dengan peralatan yang
kritis.
Apa yang dimaksud dengan teori munculnya api, seperti di kokpit?
Ini adalah hal yang paling darurat. Pikirkanlah ketika Swissair 111,
yang jatuh di wilayah Nova Scotia pada 2 September 1998. Itu terjadi
karena ada api dalam kokpit. Kebakaran itu karena kabel yang tidak tepat
dalam sistem hiburan di dalam pesawat. Awak pesawat melakukan apa yang
mereka bisa, tapi dalam waktu 15 menit setelah melihat asap, mereka
telah jatuh. Kokpit benar-benar berubah menjadi oven, semuanya mencair.
MH370 pernah mendarat di Pulau Langkawi. Lalu terbang lagi pada ketinggian 45.000 kaki, jauh di atas standar maksimum. Beberapa saat kemudian, turun lagi pada ketinggian 23.000 kaki. Itu artinya apa?
Beberapa ahli mengatakan, bahwa kapten pilot mungkin telah mencoba
usaha terakhir untuk memadamkan api. Itu sebabnya dia naik ke udara
tipis. Teori ini seharusnya tidak diabaikan. Tapi saya kira yang ini
terbaik. Setiap orang di dek penerbangan turun. Pilot pergi. Pesawat itu
hanya terbang sendiri (pesawat hantu).
Bagaimana mungkin itu terjadi?
Boeing 777 adalah pesawat pesawat dengan wire.
Ada komputer pengontrol penerbangan di dalam pesawat yang akan
menstabilkan pesawat, meski dalam kondisi apa pun. Ini akan mencoba
untuk mempertahankan kecepatan seperti yang diatur kapten pilot. Dengan
sendirinya, pesawat itu akan melenggang, dan akan turun jika kecepatan
menurun. Dia akan melenggang lagi, jika kecepatan penuh.
Jadi, kemungkinan semua ini kegagalan komputer pengontrol pesawat?
Ada empat set komputer pengontrol penerbangan pada (pesawat Boeing) 777
, yang disebut “kontrol elektronik aktuator”. Jika hanya satu yang
bekerja, computer itu akan mengendalikan pesawat. Pesawat akan
berkeliaran, bereaksi terhadap turbulensi, angin, perubahan suhu. Saya
tidak berharap pesawat itu terbang setinggi 45.000 kaki, tapi saya tidak
terkejut jika itu terjadi.
Jadi (analisis) Anda itu menjadi “pesawat hantu” yang terbang sendiri ke Samudra Hindia selatan?
Tepat. Sampai bahan bakar habis. Kita tidak bisa tahu apakah penumpang
menyaksikan semua ini atau a mereka telah kehilangan kesadaran.
Bagaimana sebuah kecelakaan pesawat terbang tanpa bahan bakar? Apakah itu turun langsung, atau akan menghantam air dengan keras pada sudut yang curam?
Mungkin akan tampak seperti turun yang sangat normal, karena itu sudah
diatur. Tapi bisa saja turun pada sudut yang curam, dan cepat untuk
pendaratan di perairan.
Apakah ada yang pernah menjadi bukti untuk teori Anda?
Itu hanya (bisa dibuktikan), jika mereka menemukan pesawat, suara dan
perekam data. Jika tidak, ini akan tetap sebagai misteri terbesar
penerbangan sejak hilangnya Amelia Earhart tahun 1937 di atas lautan
Pasifik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar